Slot M.2 Untuk Apa Di Indonesia Yang Bagus Untuk Investasi
Pernah dengar tentang Gudang Garam? Saham Gudang Garam diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham GGRM. Kapitalisasi pasar dan harga saham GGRM yang terbilang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut nilai pasarnya sangat besar.
Bahkan, evaluasi kinerjanya menunjukkan bahwa GGRM mengalami pertumbuhan yang stabil, menghasilkan laba yang konsisten, dan memiliki kebijakan dividen yang menarik. Jadi, tak heran jika GGRM termasuk salah satu saham blue chip yang sayang untuk dilewatkan sebagai pilihan investasi.
Saham blue chip mengacu pada saham-saham dari perusahaan terkemuka, mapan, dan berkinerja baik yang diperdagangkan di bursa saham. Yuk, simak lebih jauh tentang saham GGRM Gudang Garam.
PT Gudang Garam Tbk. dengan kode saham GGRM adalah salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yang beroperasi dalam sektor industri tembakau. Sejak didirikan pada tahun 1958 di Kota Kediri, Jawa Timur, perusahaan ini dikenal luas di dalam negeri dan mancanegara sebagai penghasil rokok kretek berkualitas tinggi, suatu jenis rokok khas Indonesia yang terbuat dari campuran tembakau dan cengkeh.
Produk Gudang Garam bisa ditemukan dalam berbagai variasi, mulai dari sigaret kretek klobot (SKL), sigaret kretek linting-tangan (SKT), hingga sigaret kretek linting-mesin (SKM). Saat ini, Gudang Garam telah menjadi salah satu merek rokok kesohor yang sahamnya direkomendasikan sebagai investasi menjanjikan.
Baca juga: Ini Potensi Cuan Investasi Saham Seharga Tiket Konser Coldplay
Saham GGRM melantai di BEI pada Juli 1990 dengan harga Initial Public Offering (IPO) Rp 1.850 per lembar saham. Per Mei 2023, harga saham GGRM Rp27.600,00 per lembar dengan persentase perubahan 0,18 persen atau mengalami penurunan sebesar Rp50 dari harga sebelumnya.
Kapitalisasi pasarnya sangat besar, mencapai Rp53,1 triliun dengan Price to Earnings Ratio (PER) alias valuasi saham 14,48. Dalam setahun terakhir, kisaran harga saham tertinggi yang dicapai oleh GGRM adalah Rp32.125, sedangkan harga terendah Rp16.500.
Namun, puncak harga GGRM tertinggi terjadi pada Maret 2019, yaitu di harga Rp93.500 per lembar. Bahkan, dalam 3 tahun terakhir, tren harga saham GGRM mengalami bearish mencapai Rp50 ribuan per lembar, lalu Rp30 ribuan per lembar, hingga saat ini di tahun 2023 berada di posisi Rp20 ribuan per lembar.
Rekam Jejak Pembagian Dividen GGRM
Rekam jejak pembagian dividen GGRM menunjukkan konsistensi perusahaan milik Susilo Wonowidjojo ini dalam membagikan dividen kepada pemegang sahamnya, meskipun laba bersih dan kinerja pendapatan mengalami fluktuasi dalam beberapa tahun terakhir.
Jika ditelisik, kebijakan GGRM mencakup pembagian dividen dengan rasio sekitar 20-40 persen dari laba bersih perusahaan. Dalam 10 tahun terakhir, GGRM konsisten membagikan dividen dengan pembayaran terakhir pada 28 Juli 2022 untuk tahun buku 2021.
Kala itu, GGRM membagikan dividen sebesar Rp2.250 per lembar saham atau total Rp4,32 triliun. Rasio pembayaran dividen pada tahun tersebut mencapai rekor tertinggi dalam lima tahun, yaitu 77,23 persen dari laba bersih. Riwayat pembagian dividen juga memperlihatkan GGRM secara konsisten membagikan dividen per saham sebesar Rp2.600 untuk tahun buku 2016-2020.
Meski begitu, penurunan laba bersih justru mengetren di 3 tahun terakhir. Pada akhir 2022, laba bersih GGRM adalah Rp2,77 triliun, mengalami penurunan sebesar 50,4 persen dibandingkan dengan 2021.
Untuk kinerja pendapatan, pendapatan total GGRM pada 2022 adalah Rp124,68 triliun, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai Rp124,88 triliun. Segmen penjualan sigaret kretek mesin di dalam negeri mengalami penurunan, sedangkan segmen sigaret kretek tangan mengalami pertumbuhan.
Sementara itu, kenaikan Beban Pokok Penjualan GGRM adalah sebesar 2,69 persen pada tahun 2022, yang disebabkan oleh meningkatnya cukai, pajak pertambahan nilai (PPN), dan pajak rokok yang dibayarkan oleh perusahaan.
Baca juga: Pergerakan dan Cara Beli Harga Saham BBRI 1 Lot
Biaya Pokok Penjualan
GGRM mencatatkan penurunan biaya pokok penjualan menjadi Rp25,37 triliun pada kuartal I 2023, turun sebesar 2,47 persen dari periode sama tahun sebelumnya. Penurunan ini berkontribusi pada kenaikan laba kotor perusahaan.
Laba kotor GGRM meningkat sebesar 33 persen menjadi Rp4,35 triliun pada kuartal I 2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini menunjukkan efisiensi operasional dan kontrol biaya yang baik.
Total aset GGRM pada kuartal I 2023 mencapai Rp86,25 triliun, mengalami penurunan dari akhir 2022 sebesar Rp88,56 triliun.
Lot Saham Gudang Garam
Menurut data terbaru, berapa harga 1 lot saham Gudang Garam? Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan BEI dan berlaku di seluruh Indonesia, 1 lot saham terdiri dari 100 lembar saham. Jika harga saham GGRM adalah Rp27.600,00 per lembar, maka perhitungan harga 1 lot saham Gudang Garam pada Mei 2023 akan menjadi: Rp27.600,00 x 100 = Rp2.760.000,00.
Baca juga: Jajaran Saham Transportasi di BEI yang Layak Dibeli
Performa Menyeluruh vs Tingginya Cukai Rokok
Secara keseluruhan, berdasarkan analisis di atas, Gudang Garam menunjukkan performa yang positif dengan peningkatan pendapatan, laba bersih, laba kotor, dan penjualan SKT yang menggembirakan. Namun, penurunan total aset perlu mendapat perhatian.
Penurunan ini bisa disebabkan banyak faktor, seperti penggunaan aset, penyesuaian nilai aset, dan yang paling signifikan yaitu kenaikan cukai atau pajak rokok. Tingginya cukai rokok merupakan faktor eksternal yang telah diketahui memengaruhi kinerja mayoritas perusahaan tembakau.
Semakin tingginya cukai rokok dapat mengurangi daya beli konsumen dan meningkatkan harga jual rokok, yang dapat mempengaruhi permintaan dan volume penjualan. Kenaikan cukai rokok juga meningkatkan beban pokok penjualan, karena perusahaan harus membayar pajak yang lebih tinggi sehingga mempengaruhi laba kotor.
Berikutnya, peningkatan beban pokok penjualan yang disebabkan oleh kenaikan cukai rokok akan mempengaruhi margin keuntungan perusahaan. Jika beban pokok penjualan meningkat lebih cepat daripada peningkatan pendapatan, maka margin keuntungan perusahaan dapat terpengaruh negatif.
Baca juga: Prospek, Perkembangan, dan Cara Beli Saham GOTO di BMoney
Demikian ulasan mengenai kinerja dan harga saham GGRM yang prospeknya layak dipertimbangkan saat akan berinvestasi. Kamu yang tertarik menjadi salah satu investor GGRM bisa membelinya melalui aplikasi investasi BMoney. Selain memudahkan, ada banyak fitur unggulan dan keuntungan yang ditawarkan BMoney, termasuk biaya terjangkau dan kompetitif.
Selain saham, kamu juga bisa memilih instrumen investasi lainnya sesuai profil risikomu, semisal reksa dana, dan menjajal layanan premium yang eksklusif lewat BMoney Privilege.
Penjualan Sigaret Kretek Tangan (SKT)
Penjualan SKT GGRM naik sebesar 9,70 persen dari Rp2,04 triliun pada kuartal I 2022 menjadi Rp2,24 triliun pada kuartal I 2023. Pertumbuhan ini juga berkontribusi pada kinerja keuangan yang lebih baik.
Penjualan Sigaret Kretek Mesin (SKM)
Penjualan SKM GGRM pada kuartal I 2023 mencapai Rp27,03 triliun, mengalami kenaikan sebesar 1,20 persen dibandingkan dengan kuartal I 2022. Hal ini menunjukkan adanya pertumbuhan penjualan produk SKM.
Total Liabilitas dan Ekuitas
Total liabilitas GGRM turun menjadi Rp26,43 triliun pada kuartal I 2023 dibandingkan dengan akhir 2022, sedangkan ekuitas naik menjadi Rp59,81 triliun. Penurunan liabilitas dan peningkatan ekuitas menunjukkan perbaikan struktur keuangan perusahaan.
Baca juga: Rekomendasi Saham BUKA dan Prospeknya
Analisis Kinerja Keuangan Gudang Garam
Berikut rangkuman analisis kinerja keuangan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) berdasarkan laporan keuangan kuartal I 2023.
Laba bersih GGRM pada kuartal I 2023 mencapai Rp1,96 triliun, mengalami peningkatan signifikan sebesar 82,33 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan performa yang kuat pada kuartal tersebut.
Pendapatan GGRM pada kuartal I 2023 naik sebesar 1,50 persen menjadi Rp29,73 triliun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022. Kenaikan pendapatan ini mendorong pertumbuhan laba bersih perusahaan.