Festival Mooncake Tanggal Berapa

Festival Mooncake Tanggal Berapa

Apa itu Festival Kue Bulan?

Festival Kue Bulan atau Mooncake Festival adalah perayaan masyarakat Tionghoa. Perayaan Festival Kue Bulan ini merupakan terbesar kedua setelah Imlek.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perayaan Festival Kue Bulan juga disebut sebagai Mid Autumn Festival atau Festival Pertengahan Musim Gugur. Festival Kue Bulan dianggap sebagai simbol perayaan syukur dengan menikmati bulan purnama sambil menyantap kue bulan.

Hal menarik dalam Mooncake Festival

Selain memakan kue bulan, festival ini juga diisi dengan berbagai tradisi menarik. Salah satu tradisi yang paling umum adalah menyalakan lentera dan mengagumi bulan purnama yang bersinar terang. Di berbagai kota besar, seperti Beijing dan Hong Kong, perayaan ini juga sering dimeriahkan dengan pertunjukan barongsai, tari naga api, serta pertunjukan budaya lainnya.

Mooncake festival  bukan hanya sekadar perayaan makanan, tetapi juga momen untuk refleksi, berkumpul bersama keluarga, dan menghargai tradisi yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Kue bulan, dengan segala simbolisme dan mitos yang melingkupinya, terus menjadi pengingat akan pentingnya kebersamaan, harmoni, dan rasa syukur atas berkah kehidupan. Seiring berjalannya waktu, perayaan ini telah melintasi batas-batas geografis dan budaya, namun tetap menjaga esensinya sebagai simbol kebersamaan dan keutuhan.

PUTRI ANI | SMITHSONIANMAG | ANTARA

Festival Kue Bulan 2023 dilaksanakan pada 29 September 2023. Adapun Festival Kue Bulan ini dirayakan oleh masyarakat Tionghoa setiap tanggal 15 bulan 8 dalam penanggalan Imlek.

Sesuai namanya, makanan khas dalam perayaan ini adalah kue bulan. Lalu, apa makna kue bulan dalam Festival Kue Bulan?

Legenda Hou Yi dan Chang E

Perayaan kue bulan erat hubungannya dengan legenda yang diyakini terjadi ribuan tahun lalu.

Dikisahkan, saat itu dunia disinari 10 matahari, yang saking banyaknya matahari menyinari bumi maka manusia merasa kepanasan.

“Kisar Yao yang memerintah sekitar 2.000 tahun lalu memerintahkan seorang pemanah ulung bernama Hou Yi untuk memanah matahari supaya tidak terlalu panas. Dengan keahliannya, Hou Yi berhasil menjatuhkan sembilan matahari,” ujar Hermina, seperti dikutip dari Kompas.com.

Setelah tersisa satu matahari, Kaisar meminta Hou Yi berhenti memanah, sebab jika semua matahari terpanah, maka bumi akan gelap.

Konon, inilah yang terjadi ketika hanya ada satu matahari saja saat ini.

Hou Yi dihadiahi sebuah pil panjang umur, lalu menikah dengan seorang perempuan cantik bernama Chang E.

Chang E melihat suaminya terkesan selalu menyembunyikan sesuatu, tapi sang suami tak mau memberitahu apa pun.

“Pada suatu hari (Chang E) berhasil menemukan benda berupa pil. Tanpa tahu apa akibatnya, Chang E menelan itu,” jelas Hermina.

Tubuh Chang E, lanjut dia, perlahan-lahan terbang naik ke bulan dan tidak dapat kembali ke bumi.

Sejak itu hari perayaan kue bulan dilaksanakan, untuk memperingati perginya sosok Chang E ke bulan. Dan ini yang membuat kue dibuat dengan bentuk menyerupai bulan.

Gambaran sosok Chang E ada pada kemasan kue bulan, dengan bidadari terbang dengan selendang melayang.

TEMPO.CO, Jakarta - Mooncake festival atau festival kue bulan, yang dikenal juga sebagai Mid-Autumn Festival, salah satu perayaan penting dalam budaya Tiongkok. Pada tahun ini, festival tersebut jatuh pada 17 September 2024. Festival ini tidak hanya dirayakan di Tiongkok, tetapi juga di seluruh wilayah Asia Timur seperti Korea Selatan, Jepang, dan Vietnam, di mana masing-masing negara memiliki variasi kue bulan mereka sendiri.

Festival ini merupakan momen penting bagi keluarga untuk berkumpul, berdoa untuk kemakmuran, dan menikmati indahnya bulan purnama sambil memakan kue bulan atau yang disebut  “yue bing”.

Apa itu Festival Mooncake?

Festival Mooncake alias Festival Kue Bulan merupakan tradisi perayaan panen pasca musim gugur. Masyarakat Tionghoa mendedikasikan acara ini untuk berterima kasih kepada para dewa atas hasil bumi yang diterima.

Sebuah buku berjudul Disappearing Customs of China dan Traditions Customs and Rituals mengungkapkan, sebagian besar sejarawan percaya bahwa tradisi ini muncul pertama kali pada era Dinasti Song. Lebih dari 3000 tahun lalu, festival ini mulanya berbentuk penyembahan bulan.

Catatan sejarah menuliskan bahwa awalnya gak ada tanggal pasti pelaksanaan festival ini. Pada masa tersebut, orang-orang hanya merayakannya saat bulan purnama tiba. Namun, pada masa pemerintahan Kaisar Tai (dinasti Song Utara), ditetapkan tanggal 15 bulan ke delapan penanggalan Lunar sebagai Hari Pertengahan Musim Gugur.

Dengan berlangsungnya festival yang juga disebut Zhōngqiū jié dalam Bahasa Mandarin ini, menandakan berakhirnya Festival Hantu lapar. Maka dari itu, Festival Pertengahan Musim Gugur secara tradisional dianggap sebagai hari keberuntungan. Terlebih dalam pernikahan, karena dewi bulan diyakini dapat memberikan kebahagiaan kepada pasangan.

Makna simbolis dari kue bulan

Kue bulan memiliki banyak makna simbolis yang kaya. Salah satu makna utamanya adalah kebersamaan dan keharmonisan. Bentuk bulat dari kue ini melambangkan kesempurnaan, keutuhan, dan keberuntungan. Keluarga yang berkumpul bersama di bawah cahaya bulan purnama untuk menikmati kue bulan dianggap sebagai simbol reuni dan kebersamaan keluarga.

Selain itu, dalam sejarahnya, kue bulan pernah menjadi alat komunikasi rahasia. Pada masa Dinasti Yuan, ketika bangsa Han memberontak melawan kekuasaan Mongol, pesan-pesan rahasia tentang rencana pemberontakan disisipkan ke dalam kue bulan. Tindakan ini membantu menyatukan bangsa Han dan berhasil menggulingkan Dinasti Yuan, membuka jalan bagi berdirinya Dinasti Ming.

Sejarah Festival Mooncake

Salah satu legenda paling populer terkait Festival Pertengahan Musim Gugur atau Festival Mooncake adalah kisah Chang-E, juga dikenal sebagai Nyonya Bulan dan suaminya Hou Yi. Dilansir Singapore Infopedia, cerita ini konon berasal dari pendongeng di dinasti Tang (618–907 M). Sumber lain bahkan mengatakan, ini sudah ada sejak zaman Kaisar Yao (2346 SM).

Ceritanya, Hou Yi dan Chang E adalah pasangan suami istri. Hou Yi merupakan seorang pemanah hebat sekaligus anggota pengawal kekaisaran pada masanya. Berkat  keterampilannya, aa diminta untuk pergi menjalankan misi. Adapun misi yang harus dilakukan yakni menembak matahari yang diyakini berjumlah 10 dan menyebabkan panas berlebih di bumi.

Dengan keahliannya, Hou Yi pun berhasil menembak jatuh sembilan dari 10 matahari yang mengelilingi planet ini. Sebagai hadiah, ia diberi ramuan kehidupan yang memiliki efek keabadian. Namun, bukan Hou Yi yang meminum ramuan tersebut, melainkan istrinya, si Chang E yang mendapatkan keabadian.

Terkait versi terjadinya minum ramuan ini, ada beberapa versi. Sebuah buku Culture and Customs of Singapore and Malaysia menyebutkan bahwa Chang E mencuri ramuan dari sang suami dan meminumnya. Lalu, Chang E naik ke langit menjadi dewi bulan.

Adapun Hou Yi mendapat kue dari ibu suri dari Surga Barat, Xi Wang Mu. Konon, kue tersebut dapat memberikan kemampuan menahan panas dan dikirim ke matahari. Dengan jimat khusus, Hou Yi pun dapat mengunjungi Chang E tiap tanggal 15 setiap bulan, selama bulan purnama.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Versi lainnya, Chang E terpaksa meminum ramuan tersebut karena hendak dicuri oleh Pang Meng, murid Hou Yi, saat suaminya gak ada. Akibatnya, Chang E dipisahkan selamanya dari Hou Yi. Untuk bertemu istrinya kembali, Hou Yi harus membuat kue berbentuk bulat yang terbuat dari tepung.

Kue yang dinamakan kue bulan tersebut nantinya harus ditempatkan di arah barat laut rumahnya. Lalu, diletakkan sambil meneriakkan nama Chang E sebagai tanda rindu, sehingga ia bisa menemui istrinya saat pertengahan bulan purnama.

Festival Kue Bulan juga identik dengan kelinci. Legenda ini bermula dari seseorang yang diyakini Buddha masuk ke hutan dan menyamar sebagai lelaki lapar. Sosok Buddha tersebut mendekati tiga binatang (rubah, monyet, dan kelinci), lalu meminta bantuan.

Rubah menangkap ikan untuknya, monyet membawa beberapa buah, tetapi kelinci melemparkan dirinya ke dalam api, serta menawarkan dirinya sebagai daging. Sebagai rasa terima kasih, Buddha pun membangkitkan kelinci dan mengirimkannya ke bulan untuk dihormati. Beberapa menyatakan sang kelinci menemani Chang E di bulan.

Baca Juga: 7 Fakta Perayaan Imlek, Sarat Makna dan Cerita Tradisional

Festival Mooncake (Kue Bulan), atau yang lebih dikenal dengan sebutan Festival Tengah Musim Gugur, adalah salah satu perayaan penting dalam budaya Tionghoa yang dirayakan setiap tahun. Festival ini biasanya jatuh pada tanggal 15 bulan ke-8 dalam kalender lunar, yang bertepatan dengan bulan purnama terbesar dan terindah sepanjang tahun. Pada tahun 2024, Festival Mooncake / Kue Bulan akan dirayakan pada tanggal 17 September.

Asal Usul dan Makna Festival

Festival Mooncake memiliki akar sejarah yang dalam dan kaya, berasal dari tradisi Tionghoa kuno. Perayaan ini merayakan musim panen yang melimpah dan simbolisme bulan purnama, yang melambangkan kesempurnaan dan persatuan keluarga.

Menurut legenda, festival ini juga berhubungan dengan kisah Chang’e, dewi bulan dalam mitologi Tionghoa. Dikisahkan bahwa Chang’e meminum ramuan keabadian dan terbang ke bulan, meninggalkan suaminya Hou Yi di bumi. Setiap tahun, pada malam bulan purnama, diyakini bahwa Chang’e akan turun untuk merayakan bersama dengan keluarganya yang ada di bumi.

Kue Bulan: Simbol dan Tradisi

Salah satu elemen paling ikonik dari Festival Mooncake adalah kue bulan atau mooncake. Kue ini biasanya berbentuk bulat, melambangkan persatuan dan keharmonisan. Mooncake dapat memiliki berbagai variasi isian, mulai dari pasta kacang merah, pasta biji teratai, hingga isian daging dan kunir telur asin. Kue ini tidak hanya dimakan untuk dinikmati, tetapi juga dibagikan sebagai hadiah kepada keluarga dan teman sebagai simbol berbagi kebahagiaan dan berkah.

Selain menikmati mooncake, perayaan Festival Mooncake juga melibatkan berbagai tradisi dan aktivitas lain. Beberapa di antaranya termasuk:

Festival Mooncake / Kue Bulan 2024 akan jatuh pada tanggal 17 September. Perayaan ini merupakan kesempatan untuk merayakan keindahan bulan purnama, berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terkasih, dan menghormati tradisi serta budaya yang telah ada selama ribuan tahun. Bagi banyak orang, Festival Mooncake adalah waktu yang penuh makna untuk berkumpul dengan keluarga dan merayakan simbol persatuan, harapan, dan kebahagiaan.

Delima Mooncake menyediakan berbagai varian rasa kue bulan yang dapat Anda lihat disini.

Pernah mendengar Festival Mooncake sebelumnya? Di China, festival ini juga memiliki nama Mid-Autumn Festival alias Festival Pertengahan Musim Gugur. Meski beragam sebutannya, hari perayaan ini begitu ramai diperingati setiap tahunnya. Bahkan, menjadi perayaan terbesar kedua setelah Tahun Baru Imlek.

Layaknya setiap festival yang dirayakan di setiap negara, Festival Mooncake juga memiliki sejarah, mitos dan legenda, hingga tradisi yang dipertahankan antar generasi.

Sejarah Festival Kue Bulan

Festival Kue Bulan atau Mooncake Festival merupakan perayaan besar masyarakat Tionghoa. Lalu, bagaimana sejarah Mooncake Festival?

Secara umum, Festival Kue Bulan diyakini berawal dari kegiatan pemujaan kaisar kuno. Namun, ada versi lain sejarah Festival Kue Bulan yang berkaitan dengan produksi pertanian, yaitu panen saat musim gugur. Musim gugur adalah musim panen, panen dan buah-buahan yang terus-menerus dipanen.

Para petani merayakan kebahagiaan panen dengan menetapkan hari khusus di pertengahan bulan ke-8 dalam kalender lunar untuk merayakannya. Mereka merayakannya tidak hanya untuk mengungkapkan rasa terima kasih mereka kepada dewa bulan dan alam, tetapi juga untuk mengharapkan perlindungan dan kebahagiaan di masa depan.

Hingga kini, hari khusus tersebut dijadikan Festival Kue Bulan atau Mooncake Festival. Selain itu, Festival Kue Bulan juga berhubungan dengan penampakan Bulan yang terlihat terang saat perayaan tersebut.

Bulan lebih terang dan bulat pada hari ke 15 bulan ke 8 lunar. Dalam masyarakat feodal, kaisar biasa memuja matahari di musim semi dan memberikan persembahan kepada bulan di musim gugur. Belakangan, para bangsawan dan cendekiawan mengikutinya untuk mengapresiasi terangnya bulan di Festival Pertengahan Musim Gugur.

Pada Dinasti Zhou, masyarakat menata altar dengan meletakkan kue bulan, semangka, apel, kurma merah, plum, anggur dan persembahan lainnya, di mana kue bulan dan semangka berbentuk teratai dinilai sangat penting untuk melambangkan keharmonisan keluarga. Adat istiadat semacam ini lama kelamaan merajalela di kalangan masyarakat dan menjadi suatu kegiatan tradisional.

Hingga pada zaman Dinasti Tang, masyarakat semakin menaruh perhatian pada persembahan ke bulan, sehingga Festival Pertengahan Musim Gugur menjadi festival permanen. Pada hari itu, orang-orang memandang bulan purnama untuk mengharapkan reuni keluarga. Masyarakat yang jauh dari rumah pun mengungkapkan kerinduannya dengan menatap bulan.

Demikian serba-serbi kue bulan untuk perayaan Festival Kue Bulan. Semoga bermanfaat!

Festival Pertengahan Musim Gugur (Hanzi tradisional: 中秋節; Hanzi: 中秋节; Pinyin: Zhōngqiū jié) atau yang dikenal dengan Festival Bulan atau Festival Kue Bulan, merupakan hari raya panen dan salah satu festival terpenting di Tiongkok.

Festival Kue Bulan biasanya dirayakan pada hari ke-15 bulan ke-8 Kalender Tionghoa. Masa tersebut merupakan momentum jarak bulan dan bumi menjadi sangat dekat, sehingga melambangkan bersatunya matahari (matahari) dan perempuan (bulan).

Di Tiongkok, Festival Pertengahan Musim Gugur adalah waktu reuni keluarga. Masyarakat Tionghoa merayakannya dengan berkumpul untuk makan malam, memuja bulan, menyalakan lentera kertas, makan kue bulan, dan sebagainya.

Pada perayaannya, biasanya masyarakat Tiongkok menyantap kue bulan (mooncake). Lebih dari sekadar kue, kudapan ini menjadi perlambang rasa syukur atas hasil panen yang melimpah dan permohonan agar diberi musim yang baik.

Mengutip dari Indonesia Travel, kue tradisional ala Tiongkok ini umumnya terbuat dari tepung terigu, tepung beras, atau kentang kukus, dan memiliki berbagai rasa, seperti manis, asin, dan pedas. Di dalamnya, terdapat isian berupa pasta dengan aneka varian, seperti kuning telur asin, kacang merah, kacang hijau, dan lain-lain.

Sejarah Festival Kue Bulan

Merangkum dari China Highlights, Festival Kue Bulan memiliki sejarah lebih dari 3.000 tahun. Ini merupakan upacara pengorbanan kerajaan yang terkait dengan pemujaan bulan dan kegiatan pertanian.

Orang-orang memuja bulan untuk mengucap syukur atas hasil panen dan untuk mendorong kembalinya “cahaya pemberi panen” di tahun mendatang.

Perubahan fase bulan, biasanya memberikan panduan untuk jadwal pertanian. Oleh karena itu, masyarakat percaya bahwa pemujaan pada bulan dapat menghasilkan panen yang baik.

Seiring berjalannya waktu, festival ini memiliki makna tambahan dan kini mencakup doa untuk kesehatan dan kebahagiaan.

Cerita tentang asal-usul kue bulan bervariasi. Para sejarawan umumnya sepakat bahwa kue ini pertama kali muncul pada masa dinasti Tang (618-907).

Namun, ada satu legenda patriotik yang menyebutkan bahwa pada masa dinasti Yuan (1271-1368), kaum revolusioner Han menyelundupkan pesan di dalam kue bulan untuk mengatur pemberontakan melawan kekuasaan Mongolia. Meski demikian, hanya ada sedikit bukti yang mendukung klaim ini.

Tradisi Selama Festival Kue Bulan

Sebagai festival terpenting kedua di Tiongkok, Festival Pertengahan Musim Gugur atau Festival Kue Bulan dirayakan dengan banyak cara tradisional. Berikut adalah beberapa perayaan tradisional yang populer dilakukan selama Festival Kue Bulan.

1. Makan Malam Bersama Keluarga

Bentuk bulan yang bulat melambangkan reuni keluarga. Biasanya, para keluarga akan menggelar makan malam bersama pada malam Festival Pertengahan Musim Gugur.

Selama perayaan Festival Kue Bulan, masyarakat Tionghoa biasanya mendapatkan hari libur agar memiliki cukup waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Mereka yang tinggal terlalu jauh dari rumah orang tuanya, biasanya berkumpul dengan teman-temannya.

Kue bulan adalah makanan pertengahan musim gugur yang wajib disantap di Tiongkok. Ini merupakan kue tradisional Tiongkok berbentuk bulat dengan rasa manis yang melambangkan kelengkapan.

Pada Festival Pertengahan Musim Gugur, orang-orang menyantap kue bulan bersama keluarga atau mempersembahkan kue bulan kepada kerabat atau teman.

Hal tersebut, dilakukan untuk mengungkapkan cinta dan harapan terbaik mereka. Kue bulan biasanya disantap setelah makan malam sambil mengagumi bulan.

Tidak hanya kue bulan, makna tradisional Festival Pertengahan Musim Gugur adalah untuk merayakan panen.

Oleh karena itu makanan hasil panen seperti labu, jeruk bali, dan anggur, juga disukai selama periode Festival Pertengahan Musim Gugur ini. Biasanya, mereka menyantap hidangan tersebut dalam kondisi paling segar, paling bergizi, dan menikmati makna menguntungkan yang khususnya terkait dengan makanan berbentuk bulat.

Bulan purnama adalah simbol reuni keluarga dalam budaya Tiongkok. Secara sentimental, dikatakan bahwa bulan pada malam Festival Pertengahan Musim Gugur adalah yang paling terang dan paling indah.

Orang Tionghoa biasanya menyiapkan meja di luar rumah dan duduk bersama mengagumi bulan purnama sambil menikmati kue bulan yang lezat. Selain itu, orang tua yang memiliki anak kecil sering menceritakan legenda Chang’e Terbang ke Bulan. Sebagai permainan, anak-anak berusaha semaksimal mungkin menemukan bentuk Chang’e di bulan.

Menurut legenda Festival Pertengahan Musim Gugur, seorang gadis peri bernama Chang’e tinggal di bulan bersama seekor kelinci lucu.

Pada malam Festival Pertengahan Musim Gugur, orang-orang menyiapkan meja di bawah bulan dengan kue bulan, makanan ringan, buah-buahan, dan sepasang lilin menyala di atasnya.

Ada yang percaya bahwa dengan memuja bulan, Chang’e (dewi bulan) bisa mengabulkan keinginan mereka.

5. Membuat dan Membawa Lentera Festival Pertengahan Musim Gugur

Lentera adalah bagian penting dari Festival Pertengahan Musim Gugur. Orang-orang membuat lampion, membawa lampion untuk melihat bulan, menggantung lampion di pohon atau rumah, melepaskan lampion ke langit, atau mengunjungi pameran lampion di depan umum.

Lentera telah lama dikaitkan dengan festival ini sejak Dinasti Tang (618–907). Kemungkinan lentera ini dikaitkan karena simbol tradisional keberuntungan, cahaya, dan kebersamaan kekeluargaan.

Lentera Pertengahan Musim Gugur memiliki banyak bentuk dan bisa menyerupai binatang, tumbuhan, atau bunga.

Di dalam sebuah tradisi, biasanya masyarakat akan menulis teka-teki di lentera, sehingga orang lain dapat memecahkannya bersama teman atau keluarga.

Kue bulan dalam Festival Mooncake

Popularitas kue bulan bukan hanya sebagai persembahan dari Hou Yi dan Chang E. Di masa peperangan, kue bulan memegang peran penting dalam pembebasan Yuan China (1206–1341 M) dari bangsa Mongol pada abad ke-14.

Pada masa tersebut, pemimpin pemberontak Zhu Yuan Zhang berhasil menghasut untuk melakukan pemberontakan. Peristiwa upaya penggulingan Mongol ini terjadi selama Festival Pertengahan Musim Gugur. Keberhasilan tersebut akibat dari siasat Zhu Yuan Zhang menempatkan pesan rahasia untuk memberontak di kue bulan, meski saat itu dilarang membuat pertemuan besar.

Adapun kini, perayaan Festival Mooncake dilakukan dengan sangat meriah. Banyak rumah diterangi dengan lentera, lalu melaksanakan pesta besar. Dalam tradisi dan sastra Tiongkok, bulan purnama melambangkan keutuhan sehingga dikaitkan dengan reuni keluarga.

Bulan festival adalah waktu yang populer untuk melakukan pertemuan keluarga dengan kegiatan tradisional, seperti melihat bulan atau shangyue dan membawa lentera. Mirip dengan Thanksgiving Day, tetapi versi China. Dalam perayaannya, umumnya masyarakat makan malam bersama, menyembah bulan, makan kue bulan, dan sebagainya.

Pada Festival Mooncake, kue bulan yang khas terbuat dari adonan tepung dengan kerak tipis dan isian pasta kacang merah atau pasta biji teratai yang tebal. Kue bulan juga bisa mengandung kuning telur dari telur bebek asin. Sebelum dimakan, kue dibagi menjadi empat, kemudian disantap dengan ditemani teh tradisional China.

Kini, kue bulan gak hanya dikonsumsi sendiri dengan keluarga. Tradisi yang berkembang, mulai memberikan kue bulan pada rekan dan orang-orang terdekat, sebagai bentuk peringatan dan perayaan Festival Pertengahan Musim Gugur alias Festival Mooncake.

Faktanya, Festival Mooncake ramai dirayakan dengan tradisi yang khas oleh penduduk etnis Tionghoa di mana pun. Termasuk di Indonesia, tradisi ini juga melibatkan kue bulan yang disebut gwee pia atau tiong chiu pia, dalam bahasa Hokkian. Pernah mencobanya?

Baca Juga: Jadi Tradisi, Ini Asal Mula Ritual Tiup Lilin saat Ulang Tahun

KOMPAS.com - Hari ini, 21 September 2021 menjadi hari festival kue bulan atau mooncake.

Perayaan tradisional China ditandai dengan kue bulan ini, juga disebut sebagai Festival Pertengahan Musim Gugur, karena jatuh di pertengahan musim gugur di China.

Festival mooncake dirayakan setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan China.

Perayaan festival kue bulan menjadi salah satu ajang kebersamaan untuk keluarga di China.

Seperti apa perayaannya?

Baca juga: Jadi Perwakilan Korsel, Ini Isi Pidato BTS di UNGA PBB

Dikutip dari Kompas.com, 1 Oktober 2020, anggota keluarga China keluar rumah pada malam hari tanggal 15 bulan 8.

“Pada malam hari tanggal 15 bulan 8 adalah bulan purnama. Saat bulan bersinar terang, anggota keluarga keluar rumah, duduk membentuk lingkaran makan kua bulan sambil menikmati terangnya sinar bulan,” ujar Guru Besar Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Hermina Sutami.

Tak ada kegiatan khusus selama perayaan, tapi semua orang wajib bergembira selama beberapa jam di malam itu.

Perayaan kue bulan juga dilakukan di kampus-kampus di China, yang jika ada kelas malam maka kuliah dihentikan.

“Semua mahasiswa pergi keluar duduk di lapangan dalam bentuk lingkaran, bergembira sambil makan kue bulan,” tutur Hermina.

Selain di China, keturunan China yang berada di luar negeri seperti Indonesia juga memperingati festival kue bulan setiap tahunnya.

Terkhusus, bagi Tionghoa yang menganut agama Konghucu, dengan terdapat sembahyang kepada leluhur dengan mempersembahkan kue bulan di atas meja altar atau sembahyangan.

Setelah sembahyang selesai, kue bulan itu kemudian dimakan secara bersama oleh anggota keluarga.

Baca juga: Fakta-fakta Tugu Sepatu: Dibangun Apik, Jadi Korban Vandalisme, Kini Dibongkar

Asal-usul Kue Bulan dalam Festival Kue Bulan

Kue bulan untuk perayaan apa? Hidangan kue bulan selalu disajikan saat Festival Kue Bulan atau Mooncake Festival. Dilansir situs Britannica, kue bulan disantap pada saat Festival Kue Bulan atau Festival Pertengahan Musim Gugur, sambil menatap bulan panen purnama.

Secara tradisional, kue bulan berbentuk bulat atau persegi. Kue tipis yang agak manis ini dibentuk di sekeliling isian yang umumnya terbuat dari pasta biji teratai. Pada titik tertentu, kuning telur asin utuh ditambahkan untuk melambangkan Bulan.

Saat ini, kue bulan lebih bervariasi karena hotel dan restoran ternama dari Beijing hingga Singapura bersaing untuk menciptakan versi terbaru. Beberapa toko roti menambahkan empat atau lebih kuning telur asin ke dalam resepnya, sedangkan isiannya bisa berupa pasta kacang merah, kacang-kacangan, biji-bijian, ham asin, pasta durian, talas tumbuk, dan bahkan sarang burung walet.

Kue bulan "Snowy dibungkus dengan pasta tepung beras manis. Selain itu, ada juga kue bulan es krim yang hadir dalam berbagai rasa dengan inti sorbet mangga sebagai pengganti kuning telur.

Meski berukuran kecil, kue bulan jarang dimakan utuh karena isinya yang banyak. Sebaliknya, mereka dipotong menjadi beberapa bagian untuk menghargai bagian "bulan" di tengahnya.

Kue bulan diduga berperan dalam penggulingan dinasti Mongol Yuan yang memerintah Tiongkok pada abad ke-13 dan ke-14. Pesan-pesan yang menguraikan rencana pemberontakan disembunyikan di dalam kue bulan, yang diberikan sebagai hadiah kepada para pendukungnya.